Runtuhnya Pemerintahan Orde Baru dan Lahirnya Reformasi
Lebih dari tiga dekade Soeharto berkuasa
sebagai orang nomor satu di Indonesia. Kinerja baik pemerintah di bawah
Soeharto seakan tenggelam oleh peristiwa "Tragedi Trisakti" yang
sangat membekas di hati dan pikiran rakyat.
1. Runtuhnya Pemerintahan Orde
Baru dan Lahirnya Reformasi
Di balik
kesuksesan pembangunan Orde Baru menyimpan beberapa kelemahan. Selama masa
pemerintahan Soeharto, praktik korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) tumbuh subur.
Praktik korupsi menggurita hingga kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia
(BLBI) pada tahun 1998. Rasa ketidakadilan mencuat ketika kroni-kroni Soeharto
yang diduga bermasalah menduduki jabatan menteri Kabinet Pembangunan VII.
Kasus-kasus korupsi tidak pernah mendapat penyelesaian hukum secara adil.
Pembangunan
Indonesia berorientasi pada pertumbuhan ekonomi sehingga menyebabkan
ketidakadilan dan kesenjangan sosial. Bahkan, antara pusat dan daerah terjadi
kesenjangan pembangunan karena sebagian besar kekayaan daerah disedot ke pusat.
Akhirnya, muncul rasa tidak puas di berbagai daerah, seperti di Aceh dan Papua.
Di luar Jawa terjadi kecemburuan sosial antara penduduk lokal dengan pendatang
(transmigran) yang memperoleh tunjangan pemerintah. Penghasilan yang tidak
merata semakin memperparah kesenjangan sosial.
Pemerintah mengedepankan pendekatan keamanan dalam bidang
sosial dan politik. Pemerintah melarang kritik dan demonstrasi. Oposisi
diharamkan rezim Orde Baru. Kebebasan pers dibatasi dan diwarnai pemberedelan
Koran maupun majalah. Untuk menjaga keamanan atau mengatasi kelompok separatis,
pemerintah memakai kekerasan bersenjata. Misalnya, program “Penembakan
Misterius” (Petrus) atau Daerah Operasi Militer (DOM). Kelemahan tersebut
mencapai puncak pada tahun 1997-1998.
Indonesia
mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997. Krisis moneter dan keuangan yang
semula terjadi di Thailand pada bulan Juli 1997 merembet ke Indonesia. Hal ini
diperburuk dengan kemarau terburuk dalam lima puluh tahun terakhir. Dari
beberapa negara Asia, Indonesia mengalami krisis paling parah. Solusi yang
disarankan IMF justru memperparah krisis. IMF memerintahkan penutupan enam
belas bank swasta nasional pada 1 November 1997. Hal ini memicu kebangkrutan
bank dan negara.
Krisis
ekonomi mengakibatkan rakyat menderita. Pengangguran melimpah dan harga
kebutuhan pokok melambung. Pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi di berbagai
daerah. Daya beli masyarakat menurun. Bahkan, hingga bulan Januari 1998 rupiah
menembus angka Rp 17.000,00 per dolar AS. Masyarakat menukarkan rupiah dengan
dolar. Pemerintah mengeluarkan “Gerakan Cinta Rupiah”, tetapi tidak mampu
memperbaiki keadaan. Krisis moneter tersebut telah berkembang menjadi krisis
multidimensi. Krisis ini ditandai adanya keterpurukan di segala bidang
kehidupan bangsa. Kepercayaan masyarakat kepada pemerintah semakin menurun.
Pemerintah kurang peka dalam menyelesaikan krisis dan kesulitan hidup rakyat.
Kabinet Pembangunan VII yang disusun Soeharto ternyata sebagian besar diisi
oleh kroni dan tidak berdasarkan keahliannya. Kondisi itulah yang
melatarbelakangi munculnya gerakan reformasi.
Munculnya
gerakan reformasi dilatarbelakangi oleh terjadinya krisis multidimensi yang
dihadapi bangsa Indonesia. Semula gerakan ini hanya berupa demonstrasi di
kampus-kampus di berbagai daerah. Akan tetapi, para mahasiswa harus turun ke
jalan karena aspirasi mereka tidak mendapatkan jalan keluar. Gerakan reformasi
tahun 1998 mempunyai enam agenda antara lain suksesi kepemimpinan nasional,
amandemen UUD 1945, pemberantasan KKN, penghapusan dwifungsi ABRI, penegakan
supremasi hukum, dan pelaksanaan otonomi daerah. Agenda utama gerakan reformasi
adalah turunnya Soeharto dari jabatan presiden. Berikut ini kronologi beberapa
peristiwa penting selama gerakan reformasi yang memuncak pada tahun 1998.
1) Demonstrasi Mahasiswa
Desakan
atas pelaksanaan reformasi dalam kehidupan nasional dilakukan mahasiswa dan
kelompok proreformasi. Pada tanggal 7 Mei 1998 terjadi demonstrasi mahasiswa di
Universitas Jayabaya, Jakarta. Demonstrasi ini berakhir bentrok dengan aparat
dan mengakibatkan 52 mahasiswa terluka. Sehari kemudian pada tanggal 8 Mei 1998
demonstrasi mahasiswa terjadi di Yogyakarta (UGM dan sekitarnya). Demonstrasi
ini juga berakhir bentrok dengan aparat dan menewaskan seorang mahasiswa
bernama Mozes Gatotkaca. Dalam kondisi ini, Presiden Soeharto berangkat ke
Mesir tanggal 9 Mei 1998 untuk menghadiri sidang G 15.
2) Peristiwa Trisakti
Tuntutan
agar Presiden Soeharto mundur semakin kencang disuarakan mahasiswa di berbagai
tempat. Tidak jarang hal ini mengakibatkan bentrokan dengan aparat keamanan.
Pada tanggal 12 Mei 1998 empat mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta tewas
tertembak peluru aparat keamanan saat demonstrasi menuntu Soeharto mundur.
Mereka adalah Elang Mulya, Hery Hertanto, Hendriawan Lesmana, dan Hafidhin
Royan. Peristiwa Trisakti mengundang simpati tokoh reformasi dan mahasiswa
Indonesia.
3) Kerusuhan Mei 1998
Penembakan
aparat di Universitas Trisakti itu menyulut demonstrasi yang lebih besar. Pada
tanggal 13 Mei 1998 terjadi kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan di Jakarta
dan Solo. Kondisi ini memaksa Presiden Soeharto mempercepat kepulangannya dari
Mesir. Sementara itu, mulai tanggal 14 Mei 1998 demonstrasi mahasiswa semakin
meluas. Bahkan, para demonstran mulai menduduki gedung-gedung pemerintah di
pusat dan daerah.
4) Pendudukan Gedung MPR/DPR
Mahasiswa
Jakarta menjadikan geudng MPR/DPR sebagai pusat gerakan yang relative aman.
Ratusan ribu mahasiswa menduduki gedung rakyat. Bahkan, mereka menduduki atap
gedung tersebut. Mereka berupaya menemui pimpinan MPR/DPR agar mengambil sikap
yang tegas. Akhirnya, tanggal 18 Mei 1998 ketua MPR/DPR Harmoko meminta
Soeharto turun dari jabatannya sebagai presiden. Pernyataan Harmoko itu
kemudian dibantah oleh Pangjab Jenderal TNI Wiranto dan mengatakannya sebagai
pendapat pribadi.
Untuk
mengatasi keadaan, Presiden Soeharto mengundang beberapa tokoh masyarakat
seperti Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid ke Istana Negara pada tanggal
19 Mei 1998. Akan tetapi, upaya ini tidak mendapat sambutan rakyat.
5) Pembatalan Apel Kebangkitan Nasional
Momentum
hari Kebangkitan Naisonal 20 Mei 1998 rencananya digunakan tokoh reformasi
Amien Rais untuk mengadakan doa bersama di sekitar Tugu Monas. Akan tetapi,
beliau membatalkan rencana apel dan doa bersama karena 80.000 tentara bersiaga
di kawasan tersebut. Di Yogyakarta, Surakarta, Medan, dan Bandung ribuan
mahasiswa dan rakyat berdemonstrasi. Ketua MPR/DPR Harmoko kembali meminta
Soeharto mengundurkan diri pada hari Jumat tanggal 22 Mei 1998 atau MPR/DPR
akan terpaksa memilih presiden baru. Bersamaan dengan itu, sebelas menteri
Kabinet Pembangunan VII mengundurkan diri.
6) Pendunduran Diri Presiden Soeharto
Pada
dini hari tanggal 21 Mei 1998 Amien Rais selaku Ketua Pengurus Pusat
Muhammadiyah menyatakan, “Selamat tinggal pemerintahan lama dan selamat datang
pemerintahan baru”. Ini beliau lakukan setelah mendengar kepastian dari Yuzril
Ihza Mahendra. Akhirnya, pada pukul 09.00 WIB Presiden Soeharto membacakan
pernyataan pengunduran dirinya.
Itulah
beberapa peristiwa penting menyangkut gerakan reformasi tahun 1998. Soeharto
mengundurkan diri dari jabatan presiden yang telah dipegang selama 32 tahun.
Beliau kemudian digantikan B.J. Habibie. Sejak saat itu Indonesia memasuki era
reformasi.
2. Perkembangan Politik Pada
Masa Reformasi
Presiden
Habibie sebagai pembuka sejarah perjalanan bangsa pada era reformasi
mengupayakan pelaksanaan politik Indonesia dalam kondisi yang transparan serta
merencanakan pelaksanaan pemilihan umum yang langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil. Pemilihan umum yang akan diselenggarakan di bawah pemerintahan
Presiden Habibie merupakan pemilihan umum yang telah bersifat demokratis.
Selain
itu pada masa pemerintahan Habibie, orang bebas mengemukakan pendapatnya di
muka umum. Presiden Habibie memberikan ruang bagi siapa saja yang ingin
menyampaikan pendapat, baik dalam bentuk rapat-rapat umum maupun unjuk rasa
atau demonstrasi. Namun khusus demonstrasi, setiap organisasi atau lembaga yang
ingin melakukan demonstrasi hendaknya mendapatkan izin dari pihak kepolisian
dan menentukan tempat untuk melakukan demonstrasi tersebut.
Setelah
reformasi dilaksanakan, peran ABRI di Perwakilan Rakyat DPR mulai dikurangi
secara bertahap yaitu 75 orang menjadi 38 orang. Langkah ini yang ditempuh
adalah ABRI semula terdiri dari empat angkatan yaitu Angkatan Darat, Laut, dan
Udara serta Kepolisian RI, namun mulai tanggal 5 Mei 1999 Polri memisahkan diri
dari ABRI dan kemudian berganti nama menjadi Kepolisian Negara. Istilah ABRI
pun berubah menjadi TNI yang terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara.
Pada masa
Pemerintahan Presiden B.J. Habibie dilakukan reformasi di bidang hukum.
Reformasi hukum itu disesuaikan dengan aspirasi yang berkembang di masyarakat.
Tindakan yang dilakukan oleh Presiden Habibie untuk mereformasi hukum mendapat
sambutan baik dari berbagai kalangan masyarakat, karena reformasi hukum yang
dilakukannya mengarah kepada tatanan hukum yang didambakan oleh masyarakat.
Presiden
Habibie mencabut lima paket undang-undang tentang politik. Sebagai gantinya DPR
berhasil menetapkan tiga undang-undang politik baru. Ketiga undang-undang itu
disahkan pada tanggal 1 Februari 1999 dan ditandatangani oleh Presiden Habibie.
Ketiga undang-undang itu antara lain undang-undang partai politik, pemilihan
umum, susunan serta kedudukan MPR, DPR, dan DPRD.
Munculnya
undang-undang politik yang baru memberikan semangat untuk berkembangnya
kehidupan politik di Indonesia. Dengan munculnya undang-undang politik itu
partai-partai politik bermunculan dan bahkan tidak kurang dari 112 partai
politik telah berdiri di Indonesia pada masa itu. Namun dari sekian banyak
jumlahnya, hanya 48 partai politik yang berhasil mengikuti pemilihan umum tahun
1999. Hal ini disebabkan karena aturan seleksi partai-partai politik
diberlakukan cukup ketat. Setalah perhitungan suara berhasil diselesaikan oleh
Komisi Pemilihan Umum (KPU), hasilnya lima besar partai yang berhasil meraih
suara-suara terbanyak di antaranya PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai
Persatuan pembangunan, Partai Pembangkitan Bangsa, Partai Amanat Nasional.
Setelah
Komisi Pemilihan Umum berhasil menetapkan jumlah anggota DPR dan MPR segera melaksanakan
sidang. Sidnag Umum MPR tahun 1999 diselenggarakan sejak tanggal 1 – 21 Oktober
1999. Dalam Sidang Umum itu Amien Rais dikukuhkan menjadi ketua MPR dan Akbar
Tanjung menjadi ketua DPR. Sedangkan pada Sidang Paripurna MPR XII, pidato
pertanggung jawaban Presiden Habibie ditolak oleh MPR melalui mekanisme voting
dengan 355 suara menolah, 322 menerima, 9 absen dan 4 suara tidak sah. Akibat
penolakan pertanggungjawaban itu, Habibie tidak dapat untuk mencalonkan diri
mejadi Presiden Republik Indonesia. Hal ini mengakibatkan munculnya tiga calon
Presiden yang diajukan oleh fraksi-fraksi yang ada di MPR yaitu Abdurrahman
Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri, dan Yuhsril Ihza MAhendra. Namun
tanggal 20 Oktober 1999, Yuhsril Ihza Mahendra mengundurkna diri. Oleh karena
itu, tinggal dua calon Presiden yang maju dalam pemilihan itu, Abdurrahman
Wahid dan Megawati Soekarnopoutri. Dari hasil pemilihan presiden yang
dilaksanakan secara voting, Abdurrahman Wahid terpilih menjadi Presiden
Republik Indonesia. Pada tanggal 21 Oktober 1999 dilaksanakan pemilihan Wakil
Presiden dengan calonnya Megawati Soekaroputri dan Hamzah Haz. Pemilihan Wakil
Presiden ini kemudian dimenangkan oleh Megawati Soekarnoputri. Kemudian pada
tanggal 25 Oktober 1999 Presiden Abdurrahman Wahid dan Wakil Presiden Megawati
Soekarnoputri berhasil membentuk Kabinet Persatuan Nasional.
Abdurrahman
Wahid (Gus Dur) menduduki jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia tidak
sampai pada akhir masa jabatannya. Beliau menduduki jabatan sampai tahun 2001
dikarenakan munculnya ketidakpercayaan parlemen padanya. DPR/MPR kemudian
memilih dan mengangkat Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden Republik
Indonesia dan Hamzah Haz sebagai Wakil Presiden Indonesia. Masa kekuasaan
Megawati berakhir pada tahun 2004.
Pemilihan
Umum tahun 2004 merupakan momen yang sangat penting dalam sejarah pemerintahan
Republik Indonesia. Untuk pertama kalinya pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
dilakukan secara langsung oleh rakyat Indonesia. Pada pemilihan umum ini Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia dan Jusuf
Kalla sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia untuk masa jabatan 2004-2009.
3. Kondisi Sosial Masyarakat
Sejak Reformasi
Sejak
krisis moneter yang melanda pada pertengahan tahun 1997, perusahaan-perusahaan
swasta mengalami kerugian yang tidak sedikit, bahkan pihak perusahaan mengalami
kesulitan memenuhi kewajibannya untuk membayar gaji dan upah pekerjanya.
Keadaan seperti ini menjadi masalah yang cukup berat karena disatu sisi
perusahaan mengalami kerugian yang cukup besar dan disisi lain para pekerja
menuntut kenaikan gaji. Tuntutan para pekerja untuk menaikkan gaji sangat sulit
dipenuhi oleh pihak perusahaan, akhirnya banyak perusahaan yang mengambil
tindakan untuk mengurangi tenaga kerja dan terjadilah PHK.
Para
pekerja yang diberhentikan itu menambah jumlah pengangguran, sehingga jumlah
pengangguran diperkirakan mencapai 40 juta orang. Pegangguran dalam jumlah yang
sangat besar ini akan menimbulkan terjadinya masalah sosial dalam kehidupan
masyarakat. Dampak susulan dari pengangguran adalah makin maraknya
tindakan-tindakan criminal yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Langkah
yang diambil untuk mengatasi masalah tersebut adalah pemerintah dengan serius
menangani masalah pengangguran dengan membuka lapangan kerja baru yang dapat
menampung para penganggur tersebut. Langkah berikutnya, pemerintah berusaha
menarik kembali para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia, sehingga
dapat membuka lapangan kerja baru untuk menampung para penganggur tersebut.
4. Kondisi Ekonomi Masyarakat
Indonesia
Sejak
berlangusngnya krisis moneter pertengahan tahun 1997, ekonomi Indonesia mulai
mengalami keterpurukan. Keadaan perekonomian makin memburuk dan kesejahteraan
rakyat makin menurun. Pengangguran juga semakin luas. Ada beberapa hal yang
dilakukan oleh pemerintahan Habibie untuk memperbaiki perekonomian Indonesia
diantaranya :
a. Merekapitulasi perbankan
b. Merekonstruksi perekonomian Indonesia
c. Melikuidasi beberapa bank bermasalah
d. Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap
dollar Amerika Serikat hingga di bawah Rp 10.000,-
e. Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang
disyaratkan IMF
Dalam
rangka meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat, pemerintah juga memperhatikan
harga produk pertanian Indonesia, karena selama masa pemerintahan Orde Baru
maupun sejak krisis 1997 tidak pernah berpihak kepada petani. Apabila
pendapatan petani meningkat, maka permintaan pertanian terhadap barang non
pertanian juga meningkat. Dengan ditetapkannya harga produk pertanian akan
member semangat bangkitnya para pengusaha untuk mengembangkan kegiatan
perusahaannya.
Pihak
pemerintah telah berusaha ntuk membawa Indonesia keluar dari krisis. Tetapi
tidak mungkin dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Oleh sebab itu untuk
mengatasi krisis, presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan Republik
Indonesia, memerlukan penyelesaian secara bertahap berdasarkan skala prioritas.
Pertanyaan :
1.
Jelaskan penyebab runtuhnya orde Baru
2.
Mengapa dengan mundurnya Presiden Soeharto Orde
Baru berakhir
3.
Sebutkan contoh krisis ekonomi pada era orde
baru!
4.
Mengapa Presiden Suharto akhirnya mengambil
keputusan untuk mengundurkan diri?
5.
Apa pengaruh masyarakat setelah runtuhnya masa
orde baru?
6.
Apa yang dimaksud dengan reformasi?
7.
Sebutkan sebab-sebab lahirnya gerakan reformasi!
8.
Apa yang dimaksud dengan krisis
multidimensional?
Kerjakan di buku tulis kemudian foto dan kirim melalui WA ke
085659063315
Jangan lupa mengisi Coment
dengan menuliskan nama dan kelas, jika tidak mengisi Coment dianggap tidak hadir
Anisa oktapiyani x otkp 1
BalasHapusTiara Juliani X-OTKP-2
BalasHapusDesi latalia x otkp 4
BalasHapusFitri amelia zachra x otkp 1
BalasHapusLeni Lusiana X otkp 2
BalasHapusDwi Mulyani X Otkp 1
BalasHapusMaulana yusuf x otkp 3
BalasHapusFitri Amelia X Otkp 1
BalasHapusN. Nabila Sandi Xotkp02
BalasHapusDendi Maulana X-otkp3
BalasHapusAlma adi permana otkp3
BalasHapusSulistia Febrian Wulandari X Otkp 2
BalasHapusAmin Maolana X Otkp 3
BalasHapusSulis Rahmawati X-Otkp1
BalasHapusMuhamad Sadikin X otkp 4
BalasHapusAstri destiana x otkp 3
BalasHapusAstri yuliani x otkp 3
BalasHapusTessa apriliani x otkp 3
BalasHapusPutri Febrianti X Otkp 3
BalasHapusSiti sopiah X Otkp3
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusLusi Lisnawati X otkp 03
BalasHapusKarmila apriliani x otkp 4
BalasHapusDista risti rahmayanti X otkp 4
BalasHapusDista risti rahmayanti X otkp 4
BalasHapusWiwi Nawiyah X Otkp3
BalasHapusLisnawati otkp 3
BalasHapusPuput oktaviani x otkp2
BalasHapusSiti aminah X otkp 3
BalasHapusNovitasari 10 otkp 4
BalasHapusIrma Anita Amelia
BalasHapusX OTKP 2
Siti Halimah X otkp 4
BalasHapusSiti nurhaliza x otkp 2
BalasHapusMella handayani x otkp4
BalasHapusSiti Masitoh X OTKP II
BalasHapusSiti Atikah X OTKP 2
BalasHapusHanna Dwiyansyah X Otkp 3
BalasHapusLira refani nazmi X otkp 3
BalasHapusSiti dini sadiyah x otkp 4
BalasHapusMuhamad ikhsan x otkp 3
BalasHapusTriyani Agustin X OTKP 2
BalasHapusSiti aminah X otkp 3
BalasHapusMuhammad Ridan 10 otkp 4
BalasHapusAulia nadilah X otkp 01
BalasHapusSiva alfatuhira otkp3
BalasHapusDessy rismawati x otkp 2
BalasHapusDessy rismawati x otkp 2
BalasHapusTessa apriliani x otkp 3
BalasHapusAnugrah maulana x otkp 4
BalasHapusHanna Dwiyansyah X Otkp 3
BalasHapusGita auliaa otkp 3
BalasHapusLusi Lisnawati X otkp03
BalasHapusRia amelia x otkp 1
BalasHapusAjeng Puspita X Otkp 1
BalasHapus